Kondisi para peternak ayam petelor di Kabupen Kendal semakin hari kian sulit, karena harga Jagung dan Kosentrat sebagai bahan baku pakan ternak masih mahal. Sedangkan harga jual telor belum juga naik. Meski sudah beberapa bulan terakhir dalam situasi sulit namun mereka tetap bertahap di tengah pandemi Covid-19 yang belum reda.
Salah satunya dialami Mastur (68), dirinya tidak tega memberhentikan karyawanya karena sudah puluhan tahun ikut dirinya dalam usaha ayam petelor. Menurutnya, seak pandemi Covid-19, jumlah penjualan telor anjlok drastis karena banyak rumah makan, restoran dan hotel tutup akibat Covid-19. Disaat kondisi Covid-19 mulai membaik justru, terjadi bencana lain yaitu langkanya Jagung dan kalau ada harganya sangat mahal, sementara harga jual telor sangat rendah.’’Harga telor ayam di Kandang saat ini sekitar Rp 15.000/Kg, padahal biaya pakan dan obat paling sedikit Rp 19.000/Kg. Kondisi sudah teradi berbulan-bulan. Tolong Pemerintah serius bantu kami yang sudah tak berdaya ini,’’ pintanya.
Ketua Koperasi Unggas Sejahtera Jateng, H Suwardi menyampaikan semua upaya sudah dilakukan para peternak agar pemerintah turun tangan menganangi masalah ini. Mulai dari perwakilan peternak ketemu Presiden Joko Widodo hingga demontrasi di DPR RI, Istana Negara hingga Bulog.’’umat lalu kami demontrasi di Bulog Jateng, tapi sampai hari ini belum ada hasil yang memuaskan,’’ katanya.
Dijelaskan, Perum Bulog sampai hari ini belum dapat menjalankan tugasnya dengan lancar.” Belum ada kejelasan semenjak pertemuan pada 15 September 2021 dengan Presiden, dimana peternak dijanjikan diberi jagung sebanyak 30.000 ton, nyatanya sampai hari ini masih nihil,” katanya.
Para peternak meminta Dirut Bulog tegas dan lugas dalam menjalankan tugasnya. Yang terjadi saat ini justru perang media antara Kementan, Kemendag dan peternak yang akibatnya sampai hari ini belum ada penetapan harga dari Pemerintah bagi Bulog sebagai dasar untuk pembelian jagung.”Sampai dengan hari ini tidak ada Jagung. Jagung pinjaman sebanyak 700 ton yang disalurkan untuk Koperasi Kendal sudah habis, sementara Koperasi sudah menerima uangsebanyak Rp2,3 Milyar dari para anggota peternak yang siap untuk menebus sejak hari Senin,” katanya.
Suwardi mengaku peternak membutuhkan kepastian bukan bualan, dimana jagungnya, kapan bisa diambilnya.”Kami sudah tidak percaya lagi kepada Kementan dan meminta pertanggungjawaban atas pernyataannya bahwa produksi jagung surplus. Agus Umar