KENDAL – Sepekan usai Idul Fitri, masyarakat Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, melaksanakan tradisi Syawalan. Nuansa keagamaan berbalut kearifan lokal itu dirayakan dengan berziarah ke makam para wali, ulama serta kiai.
Asal muasal tradisi Syawalan di Kaliwungu berawal dari ziarah kubur Kiai Asy’ari oleh keluarganya. Kebiasaan ini pada akhirnya diikuti oleh para kerabat, santri dan diikuti warga sekitar. Hingga sekarang, tradisi syawalan terus berlangsung.
Ribuan warga dari berbagai penjuru Kabupaten Kendal dan wilayah di sekitar Kabupaten Kendal pun turut berziarah ke makam Kiai Guru dimulai tanggal 8 Syawal.
Padahal, jalan menuju kompleks pemakaman bukan terbilang mudah. Peziarah harus mendaki sejauh lima kilometer di bukit Jabal Protomulyo. Namun, nyatanya, tiap tahun makin banyak warga yang berwisata sejarah sekaligus doa ke makam para aulia Kaliwungu itu.
Para peziarah tak hanya mengunjungi makam Kiai Guru tapi juga berziarah ke makam Sunan Katong, Pangeran Mandurarejo dan Pangeran Pakuwaja. Belakangan, para peziarah juga menyambangi makam Kyai Mustofa, Kyai Musyafa’, dan Kyai Rukyat. Makam-makam itu boleh dikata masih berada dalam satu kawasan.
Kebanyakan warga datang secara rombongan untuk tahlil bersama dan membacakan doa-doa sebagai rasa terima kasih atas jasa para tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Kendal.
Tidak hanya para peziarah yang datang tapi datang pula para pedagang tibanpun untuk ikut mengais rezeki di acara syawalan.
Pada Idul Fitri tahun 2018 atau tahun 1439 H, kawasan untuk tradisi Syawalan tepatnya pada Rabu 19 Juni 2018 atau 5 Syawal 1439 H, sudah dipenuhi para pedagang kaki lima.
Selain di sekitar Alun-alun Kaliwungu, para pedagang juga menempati tepi-tepi jalan hingga Plantaran Kaliwungu Selatan, .
Akibat dipenuhi lapak-lapak pedagang, jalan yang berada di depan Majid Al Muttaqin atau Alun-alun Kaliwungu untuk sementara tidak bisa dilalui kendaraan, terutama mobil, sedangkan untuk sepeda motor yang nekad masih bisa lewat di sela-sela lapak yang sebenarnya untuk para pengunjung.
Para pedang tiban yang memanfaatkan moment Syawalan kebanyakan dari luar daerah Kendal.
Lapak-lapak kebanyakan menjual mainan anak-anak, terutama jenis gerabah anak-anak yang jumlahnya mencapai puluhan. Pedagang gerabah anak-anak hampir ditemui di setiap lokasi, bahkan ada yang berdampingan. Ada juga pedagang makanan dari Jakarta yang menjual makanan khas Betawi yaitu kerak telur.
Area pusat Syawalan di Kawasan Makam Jabal Protomulyo juga banyak dipenuhi oleh pedagang kaki lima. (ADP/09)