KENDAL – Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa bagi peternak ayam petelur Kabupaten Kendal. Dari 967 peternak, mereka harus menanggung rugi hingga Rp 16 milliar setiap hari. Pasalanya harga telur ayam petelur semakin turun dan harga pakan semakin naik. Hal tersebut sudah berlangsung berbulan-bulan, sehingga membuat usaha mereka terancam gulung tikar. Bahkan sebagian besar sudah mengurangi populasi ayam petelur hingga 30-40 persen.
Hal itu disampaikan Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan( Pinsar), Kendal, Jawa Tengah, Suwardi saat menunukan kandanya di Desa Plososari Kecamatan Patean, Jumat (10/09/21).’’Di Kendal ada 967 peternak ayam petelor dengan populasi sekitar 9,6 uta ekor. Ini terbesar kedua di Indonesia setelah Blitar. Tapi saat ini harga telur jatuh dan harga pakan terus naik sehingga kami setiap hari menanggung rugi mencapai Rp 16 milliar,’’ katanya.
Suwardi mengatakan saat ini harga telur semakin anjlok, per hari ini harga telor hanya Rp 15 ribu/Kg di Kandang peternak, sedangkan harga pakan ayam selalu naik, sehingga para peternak ayam telur terancam gulung tikar. Dikatakan, pandemi Covid ini membuat harga telor terus turun drastis, untuk nutup biaya operasional saat tidak cukup padahal kebanyakan modal peternak berasal dari pinjam di bank, sehingga dengan situasi seperti ini mereka juga kesulitan mengangusr pinjaman.’’Kami minta pemerintah turun tangan mengatasi masalah ini, kalau tidak akan muncul banyak pengangguran baru di Kendal saja ada hampir 40 ribu stake holder yang bergerak dibidang peternakan ayam ini mulai dari peternak, pekerja, petani jagung, buruh angkut dan lainnya,’’ katanya.
Suwardi meminta pemerintah membantu menurunkan harga jagung yang terus melambung dan memberikan kelonggaran peternak dalam menganggsur pinjaman. Sekjen Koperasi Unggas Sejahtera Kendal, Sigit purnomo mengatakan, di Kabupaten Kendal satu hari bisa produksi telur sebanyak 325 ton. Dengan asumsi kalau harga pakan Rp 6500-6800/Kg dikalikan tiga, akan ketemu harga break even point (BEP)harga ual telor perkilogramnya.’’Maka ideal harga telur mestinya Rp 19.500/Kg, namun kenyataan saat ini harga telur Rp 15 ribu/Kg . Maka satu kilogram telur peternak mengalami kerugian sekitar Rp 5000 kalau di kalikan 325 ton maka akan ketemu sekitar Rp 16 miliar,’’ jelasnya.
Diakatakn, harga telur di pasar tradisional masih tinggi tidak ada penurunan, harga kisaran Rp 21-21 ribu/Kg. Menurut Sigit, untuk mengurangi kerugian pihaknya juga mengurangi populasi ayam sekitar 30-40 persen. Bahkan ayam usia 65 minggu sudah di afkir dini untuk mengurangi biaya operasional.”Meski demikian kami tidak mengurangi karyawan yang bekerja,’’ jelasnya. (AU/01)