Derita Nelayan Bandengan Di Tengah Pandemi, Penjualan Ikan Turun Kini Sulit Dapatkan Solar

0
67
Keterangan Foto: Sudah sepekan terakhir nelayan di Kelurahan Bandengan kesulitan mendapatkan solar.

Pandemi  Covid-19 yang tak kunjung reda benar-benar membuat sebagian masyarakat Indonesia kelimpungan. Seperti yang dialami para nelayan yang berada di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kendal Kota. Ibarat sudah jatuh masih tertimpa tangga, istilah sangat tepat menggambarkan nasib nelayan yang berada hanya 1 KM dari Kantor Bupati Kendal. Pasalnya, dampak dari pandemi Covid-19, hampir dua tahun ini membuat kondisi ekonomi mereka semakin memburuk karena penjualan ikan mengalami penurunan yang drastis akibat turunya daya beli masyarakat. Saat ini, kondisi itu semakin diperparah dengan langkanya solar.

Akibatnya, para nelayan tak bisa melaut karena harus antre untuk mendapatkan solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Khusus Nelayan (SPBN) yang tak jauh dari tempat pelelangan ikan (TPI) Bandengan.

Kelangkaan solar yang dirasakan nelayan di Kelurahan Bandengan, diungkapkan Mufa’atib seorang nelayan yang ikut mengantri solar. Menurutnya sudah sepekan terakhir nelayan mengalami kelangkaan solar. “Untuk mendapatkan solar, kami harus  antri beli disini juga harus membawa surat rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), kalau tidak bawa surat ini ya kami gak bisa beli di sini,” ungkapnya, Kamis (05/08/21).

Di surat rekomendasi dari DKP Kendal, kuota solar bagi nelayan tertulis 20 liter dalam setiap harinya. Kuota ini menurutnya tidak mencukupi untuk kebutuhan dalam sekali melaut. “Jadinya, kami harus antri selama dua hari mas untuk mendapatkan solar 20 liter. Padahal kebutuhan solar nelayan sekali melaut rata-rata 40-50 liter,” Katanya.

Selama tak bisa melaut karena solar langka, Mufa’atib dan nelayan di Bandengan mengaku kebingungan harus berbuat apa. Pasalnya, selama solar langka, dia tak bisa melaut dan tak mendapatkan pemasukan yang bisa digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Ia dan nelayan lainnya hanya meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan nasib nelayan yang sudah terdampak pandemi sekaligus tak bisa melaut akibat kelangkaan solar.

Nelayan lain, Jumadi, selama mengantri solar, nelayan tidak bisa melaut karena dalam dua hari hanya mendapatkan jatah 20 liter maka untuk bisa melaut harus mengatre tiga kali. “Kebutuhan kami sekali melaut sedikitnya 40-50 liter solar. Tapi sekali antre kami hanya dijatah 20 liter,” ungkap Jumadi.

Jumadi mengaku, kelangkaan solar terjadi dalam seminggu terakhir dan sebelumnya, kelangkaan solar juga terjadi di bulan Juni yang berlangsung hampir sebulan lamanya. Solar yang didapatnya selama mengantri seharga Rp 5.200 perliter.”Pendapatan kami turun drastis karena tidak bisa melaut. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ya sangat kekurangan bahkan ada nelayan yang terpaksa hutang tetangga hanya untuk sekeder mencukupi keutuhan makan,” ungkapnya. Agus Umar

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini