KENDAL– Untuk membantu petani meningkatkan nilai ekonomi Porang, sejumlah siswa SMK NU 05 Kaliwungu Selatan (Kalsel) menciptakan mesin pencacah Porang. Hal tersebut disampaikan Kepala SMK NU 05 Kalsel, Supari SPd MPd kepada suarakeadilan.net, Rabu (16/06/21).”Kami sudah mengamati sekitar tiga tahun, selama ini kebanyakan petani menjual porang dalam bentuk umbi-umbian basah. Dengan mesin pencacah Porang ini petani kita ajari menjual Porang dalam bentuk Cip yang mempunyai nilai jual jauh lebih tinggi,” ujar Supari.
Dikatakan dalam tiga tahun terakhir minat masyarakat dalam menanam Porang cenderung meningkat, Sehingga SMK muncul kepedulian dari SMK NU 05 Kalsel untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan program SMK membangun desa sekarang hasil panen Porang bisa diolah dahulu menjadi cip dengan dirajang atau dibawah, setelah kering bqru dijual pabrik.”Dengan begitu nilai tambahnya jauh lebih tinggi,” jelasnya.
Menurut Supari, mesin pencacah Porang ciptaan siswa SMK NU 05 Kedungsuren dengan satu pisau dalam satu jam mampu mencacah 3 Kwintal Porang. Supari menerangkan, untuk membuat mesin pencacah Porang cukup dikerjakan 3 siswa dalam waktu 4 hari sudah jadi.”Saat ini hqru Desa Sidomakmur yabg memesan mesin pencacah Porang, kalau qda petani yang ingin memesan, pihak SMK NU 05 Kalsel sudah siap.”Kami siap jika ada pesanan, untuk masih dengan kapasitas pencacah 1 jam 3 Kwintal dengan satu mesin dijual dengan harga Rp 3,5 juta,” terangnya.
Supari mengaku banyak keuntungan dengan membeli mesin pencacah Porang ini karena akan membantu meningkatkan nilai jual Porang dan petani aman dari lendir Porang yang bisa membuat gatal serta lebih cepat dan aman.
Dijelaskan, saat ini merupakan awal panen Porang dan harganya sekitar Rp 7000/Kg. Untuk tahun lalu harga Porang diawal panen harganya tidak jauh berbeda dengan sekarang, namun saat puncak panen harganya bisa lebih tinggi bahkan sampai Rp 14 ribu/Kg.”Kita bisa tau harga Porang ini naik apa turun nanti di Bulan September. Semakin sedikit kadar air Porang maka harganya semakin tinggi,” jelasnya. (AU/01)