KENDAL – Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Baperlitbang) Kabupaten Kendal Jawa Tengah, menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Pembentukan Klaster Kopi Kendal”, Selasa (9/10/2018) di Ruang Cendrawasih loka wisata Tirto Arum Kendal. Diskusi tersebut bertujuan untuk membentuk klaster dan untuk mengenalkan serta mengembangkan kopi khas Kendal yaitu kopi “Excelsa”.
Aroma dan cita rasa khas dari kopi Excelsa menjadi alasan utama mengapa kopi Excelsa dijadikan topik utama dalam diskusi tersebut. Kopi Excelsa akan menebarkan aroma yang khas saat diseduh, sebuah aroma yang tidak dimiliki oleh jenis kopi lain yaitu aroma nangka.
Disamping itu, keistimewaan kopi Excelsa menjadi daya tarik tersendiri bagi para maniak kopi dan menjadikannya bernilai ekonomi tinggi. Saat ini harga bubuk kopi Excelsa mencapai Rp. 200.000-Rp.250.000/kg.
Kopi excelsa digolongkan dalam kelompok liberoid, masih satu kelompok dengan kopi liberika. Berbeda dengan jenis kopi arabika yang dikelompokan ke dalam arabikoid maupun kopi robusta yang masuk kelompok roustoid.
Tanaman kopi excelsa cocok dikembangkan pada ketinggian 0-750 meter di atas permukaan laut. Idealnya ditanam di daerah beriklim tropis dengan curah hujan sedang. Pada tingkat curah hujan tinggi tanaman ini akan lebih mengembangkan kayunya dibanding buahnya.
Untuk bisa berbunga, kopi excelsa memerlukan waktu satu hingga dua bulan dengan curah hujan 55 mm/tahun. Tanaman ini diketahui tahan terhadap penyakit karat daun, Hemileia vastratrix (HV). Produktivitas kopi excelsa mencapai 1,2 ton/hektar. Di Kabupaten Kendal ada 3 jenis kopi yang dibudidayakan yaitu kopi Arabika, Robusta dan Excelsa. Akan tetapi kopi Excelsa kalah populer dengan kopi Arabika dan Robusta.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain produksinya yang rendah (hanya 1,2 ton kopi basah per hektar) bila dibandingkan dengan kopi Arabika dan Robusta ( 2,8 ton kopi basah per hektar) serta pohonnya tinggi sehingga petani mengalami kesulitan pada saat panen. Namun dalam 3 tahun terakhir, dengan kekhasan yang dimilikinya, kopi Excelsa mulai kembali dibudidayakan oleh para petani di beberapa Kecamatan di Kabupaten Kendal.
Menurut Harjito, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kendal, sampai tahun 2018 di Kabupaten Kendal ada enam kelompok tani ( Poktan) kopi unggulan yaitu Poktan Melati Makmur desa Melatiharjo Kecamatan Patean, Poktan Ngadiwarno Desa Telogopayung Kecamatan Plantungan, Poktan desa Getas, Poktan Ngudirahayu desa Limbangan Kecamatan Limbangan dan Poktan Blimbing desa Blimbing Kecamatan Boja.
Dijelaskan, di Kabupaten Kendal ada 2.800 hektar lahan perkebunan yang ditanami kopi, untuk itu setelah terbentuknya klaster.”Sangat diperlukan adanya pendampingan terutama dari instansi terkait yang mengurusi kopi yakni Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember atau perusahaan yang bergerak di bidang kopi dan produk,” jelasnya.
Menurut Kasubid Perencanaan Program Ekonomi, Mulyadi SE, pembentukan klaster kopi merupakan solusi untuk menyatukan para petani kopi, pedagang kopi, pengusaha kopi dan pemilik coffe shop di Kabupaten Kendal. Mulyadi juga menekankan kepada para petani kopi agar mengikuti aturan budidaya kopi dengan benar sehingga menghasilkan kopi Kendal yang khas dan bermutu tinggi.
Dikatakan, aturan tanam, panen dan pasca panen harus mendapatkan perhatian serius. Dalam pemupukan, para petani agar menggunakan pupuk non kimiawi atau pupuk organik sehingga aroma dan rasa aslinya bisa tetap terjaga, karena penggunaan pupuk kimia lambat laun pasti akan mengurangi rasa khas kopi dan juga merusak tanah.
Kepala DPP Kabupaten Kendal, Ir Diah Aning Budiarti mengatakan pihaknya telah melakukan upaya untuk meningkatkan produksi dan kwalitas kopi, diantaranya melalui penyuluhan dan bantuan alat produksi, termasuk memberikan pelatihan ketrampilan kepada para petani kopi untuk bisa menyajikan minuman kopi dengan baik.”Kita latih para petani tersebut agar menjadi seorang barista yang handal “, pungkas Diah Aning. (ADP/01)