KENDAL – Adanya pengaruh anomali iklim elnino dengan kekuatan lemah diprediksi berimbas pada mundurnya awal musim hujan di Jawa Tengah. Datangnya awal musim penghujan di Jawa Tengah tahun 2018, pada umumnya mundur 3 dasarian atau 1 bulan dibanding normalnya. Tak terkecuali untuk wilayah Kendal yang diperkirakan baru akan memasuki musim hujan pada bulan Nopember 2018.
Fenomena El Nino merupakan satu gejala yang menunjukkan adanya perubahan pada iklim bumi. El Nino disebabkan oleh meningkatnya suhu perairan di Pasifik Timur dan Tengah yang mengakibatkan meningkatnya suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada diatasnya. Hal ini menyebabkan pembentukan awan yang meningkatkan curah hujan di kawasan tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan tekanan udara permukaan yang tinggi di barat Samudera Pasifik, dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di laut Indonesia bagian timur, sehingga curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia menurun secara tidak normal.Hujan yang terjadi di beberapa wilayah Jawa Tegah pada bulan September 2018, dipengaruhi oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO).
Madden-Julian Oscillation (MJO) yaitu suatu gelombang atau osilasi sub musiman yang terjadi di lapisan troposfer wilayah tropis, akibat dari sirkulasi sell skala besar di ekuatorial yang bergerak dari barat ke timur yaitu dari laut Hindia ke Pasifik Tengah dengan rentang daerah propagasi 15°LU – 15°LS. MJO secara alami terbentuk dari sistem interaksi laut dan atmosfer, dengan periode osilasi kurang lebih 30-60 hari.

Prakirawan BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Deas Rifai, ketika dihubungi suarakeadilan per telpon menerangkan fenomena hujan di musim kemarau sebenarnya hal biasa. Hujan tersebut disebabkan fenomena MJO yang hanya terjadi dalam waktu sementara. MJO ini menyebabkan terkonsentrasinya awan yang lantas menyebabkan hujan tak merata di sejumlah wilayah.”Namun, hujan akan berhenti dan akan kembali kering karena masih berada di musim kemarau,” ujarnya, Selasa (25/09/2018).
Selain fenomena MJO, pola angin gunung dan lembah pun menurut dia berpengaruh terhadap intensitas hujan di tengah musim kemarau ini. Kepala stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang, Tuban Wiyono, ketika dihubungi pertelpon mengatakan agar mewaspadai fenomena elnino tersebut.
Kepada para petani di Jawa Tengah, Tuban Wiyono, menyarankan supaya tetap mengikuti informasi iklim terkini dari BMKG Jawa Tengah dan tetap mengikuti saran dari Dinas Pertanian atau penyuluh pertanian ( PPL) setempat untuk menentukan musim tanam. “Waspadai musim peralihan (pancaroba), yang sangat berpotensi terjadinya hujan lebat dengan durasi pendek disertai petir dan angin kencang serta berpotensi terjadinya banjir dan tanah longsor, yang bisa mengakibatkan rusaknya tanaman pertanian,” papar Tuban Wiyoso. (ADP/01)