Lesbumi Luncurkan Randu Alas dan Ramadhan Di Kampung Halaman

0
273

KENDAL – Untuk kali pertamanya Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) PCNU Kendal, Jawa Tengah, menerbitkan sebuah buku. Tidak tanggung-tanggung, kali pertama ini langsung dua buku sekaligus diluncurkan. Buku tersebut di antaranya, buku kumpulan esai berjudul “Ramadan di Kampung Halaman” yang ditulis oleh 12 penulis asal Kendal dan buku kumpulan pantun “Randu Alas” karya Muhammad Mahzum, santri Al-Itqon Patebon Kendal. Kedua buku tersebut diluncurkan secara resmi oleh Ketua PCNU Kab. Kendal, Bapak KH. Muhammad Danial Royyan pada Minggu, 5 Agustus 2018 di Gedung NU Kab. Kendal.

Dalam diksusi yang berlangsung, didapuk beberapa pembicara, di antaranya, Muslichin (Ketua Lesbumi PCNU Kendal), dan Kusfitria Marstyasih (Ketua Koruki Demak). Selain diskusi buku, juga diawali dengan pemutaran film pendek berjudul Keduwung Mburi karya MA NU 3 Sunan Kantong Kaliwungu Kendal, serta penampilan musikalisasi puisi dari Teater Dipas SMA Ma’arif NU 04 Kangkung yang berkolaborasi dengan Dadang Syarifudin (Gitaris BKR n’ Friends).

“Penerbitan buku ini merupakan salah satu program kerja dari Lesbumi Kendal. Sementara ini, kami berfokus pada tiga program, yakni penerbitan buku, pementasan seni, dan diskusi-diskusi seni budaya. Nah, kali pertama peluncuran buku, alhamdulillah langsung meluncurkan dua buku sekaligus. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya, pengurus, dan tentu bagi para ulama NU di Kabupaten Kendal,” ungkap Muslichin, Ketua Lesbumi PCNU Kendal, seorang guru sejarah SMA N 2 Kendal.

Ditambahkan oleh Muslichin, bahwasanya penerbitan ini diselenggarakan secara sederhana saja. Awalnya tidak disengaja, hanya karena penyelenggaraan sebuah diskusi tentang Ramadan dan Kampung Halaman. Lalu akhirnya, di antara peserta diskusi berkeinginan bahwa apa saja yang telah ditemukan dan diobrolkan panjang-lebar dari diskusi tidak berhenti begitu saja, hanya menyisakan foto bersama semata. Namun, haruslah ada dokumentasi yang utuh dan kuat terkait segala hal yang diobrolkan dalam diskusi. Maka akhirnya, dibukukanlah segala hal terkait tema yang telah didiskusikan sebelumnya.

“Untuk kumpulan pantun Randu Alas karya Muhammad Mahzum, kami bekerjasama dengan Komunitas Rumah Kita (KORUKI) Demak, salah satu komunitas yang serius menggerakkan literasi. Kebetulan, orangtua dari pemilik komunitas tersebut memiliki anak yang mondok di pesantren Al-Itqon, kebetulan yang melukis sampul buku pantun tersebut. Akhirnya klop, sama-sama berproses untuk menggerakkan aktivitas nyata dalam jagat literasi. Khususnya yang saat ini berfokus menerbitkan karya-karya dari seniman yang berada di lingkungan pesantren,” tambah Muslichin.

Dalam buku kumpulan esai “Ramadan di Kampung Halaman” berisi 12 judul esai dari 12 penulis, di antaranya berjudul Aku dan Mercon Bumbung (Heri CS), Jalan-Jalan ke Gereja, Ngabuburit di Klenteng (Subhan Abidin), Kampung dan Ingatan Masa Kecil (Muslichin), Mangan Iwak Pitik (Muhamad Kundarto), Menuai Berkah Bulan Suci di Kota Santri (Muhammad Hilal Ibnu Hasan), Ramadan dan Ingatan Masa Kecil (M. Lukluk Atsmara Anjaina), Ramadan di Kampung Halaman (Setia Naka Andrian), Ramadan di Kampung Halaman Orang (M. Yusril Mirza), Ramadan dan Jatidiri Islam Kendal (Chadori Ichsan), Serba-Serbi Ramadan di Kampung (Najmah Munawaroh), Tradisi Silaturahmi yang Nyaris Terganti (Ermin Siti Nurcholis), dan Kampung Tani dan Pesantren Tanpa Papan Nama (Agus Susanto).

“Selepas penerbitan kedua buku ini, berikutnya Lesbumi Kendal akan bergerak lagi untuk menunaikan beberapa penerbitan karya. Di antaranya buku kumpulan puisi, anekdot, cerita pendek, profil kiai, profil pesantren, dan beberapa penerbitan lain yang kiranya akan menjadi sumbangan dokumentasi sejarah tersendiri bagi khalayak,” tutur Bahrul Ulum A. Malik, salah seorang motor penggerak Lesbumi PCNU Kendal yang juga aktif berproses sastra di Pelataran Sastra Kaliwungu.

Ditambahkan pula oleh Bahrul, dalam penerbitan-penerbitan karya tersebut, kelak juga akan diimbangi dengan ajang perlombaan karya, baik bagi pelajar, mahasiswa atau masuarakat umum. “Sehingga nantinya, beberapa karya yang dibukukan juga telah melewati seleksi ketat dalam sebuah perlombaan. Sehingga secara tidak langsung, upaya kuantitas karya juga akan berimbang dengan kualitas sebuah karya,” pungkas Bahrul Ulum A. Malik, seorang penyair yang kini juga sedang bersiap-siap menerbitkan buku kumpulan puisi tunggal. (elp/03)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini