Tak Mampu Bayar Berobat, Pria Asal Batang Minta Disuntik Mati

0
334
Keterangan Foto: Afandi (48) warga RT05 RW 02 Desa Timbang, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah mengajukan permohonan, agar disuntik mati karena sudah tidak tahan dengan penyakitnya.

BATANG – Seorang pria warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Afandi (48) warga RT05 RW 02 Desa Timbang, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah mengajukan permohonan, agar disuntik mati. Dia sudah tidak tahan dengan penyakit yang dideritanya ditambah tidak mampu membayar biaya berobat yang mahal. Disaat pemerintah pusat maupun daerah setempat tengah gencar mempromosikan Kartu Jaminan Kesehatan.

Seperti inilah kondisi Afandi, pasangan dari Salehati (47) hanya bisa terbaring di dalam kamarnya sejak 14 tahun yang lalu. Ayah dari dua anak tersebut, seperti mayat hidup, lantaran dari waktu kewaktu dirinya tak bisa apa-apa. Makan dan minum hingga mandi sampai buang airpun harus di layani sang istri serta kedua anaknya.

Entah penyakit apa yang dideritanya, hingga kini dari dunia medispun belum bisa menyembuhkan, hanya sekedar diberi tahu kalau dirinya mengidap penyakit lambung dan magh. Namun hingga kini belum ada pengobatan yang bisa menyebuhkan penyakit yang deritanya. Hari demi hari hanya di dalam kamar menunggu bantuan dari istri dan anak-anaknya untuk sekedar menemani maupun membantunya untuk beraktifitas keperluan mendesak.

Sebelumnya sudah berusaha berobat baik tradisional maupun medis, namun hingga harta simpananya sudah habis dan hanya tersisa rumah yang saat ini ditinggali bersama istri dan kedua anaknya, namun tak kunjung ada perubahan apalagi sembuh. Berjalanya waktu fasilitas dari pemerintah yakni BPJS pun sudah pernah digunakan akan tetapi sudah tak bisa lagi atau kehabisan dana di kartu kesehatan tersebut. Selain itu masih adanya perbedaan pelayanan juga membuatnya enggan lagi berurusan dengan rumah sakit. Putus asa dengan penyakit yang dideritanya sejak tahun 2004 tersebut, dirinya memutuskan mengajukan diri ke Kejaksaan Negeri hingga Ke Kejati Provinsi Jawa Tengah untuk disuntik mati (Eutanasia),” ujar Afandi.

Afandi menambahkan, hingga kini belum ada perhatian khusus dari pemerintah setempat, meskipun sudah berganti pemimpin Daerah. Padahal bupati yang baru ini tengah menggalakan warganya untuk bisa mendapatkan kartu Batang sehat, namun informasi saja tidak tahu menahu apalagi didafatrkan untuk memperoleh Kartu Batang Sehat (KBS),” pungkasnya. 

Sementara itu istri Afandi, Salehati mengaku dirinya tak bisa berbuat banyak. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja hanya mengandalkan dari bantuan dan belas kasihan saudara dan tetangganya yang empati terhadap penderitaan yang sedang dialami. Ia berharap pemerintah setempat untuk bisa membantu biaya pengobatan dan meringankan beban hidup yang semakin berat, terlebih masih ada tanggungan dua orang anak yang masih duduk di bangko sekolah,” tuturnya.

Dijelaskan, sekitar tahun 2017 lalu, sudah menyurati ke Kejaksaan Negeri Batang dan Kejati Jawa Tengah, mengajukan permohonan suntik mati, namun sampai saat ini belum ada balasan resmi. Afandi sendiri sebelum mengidap penyakit yang membuat dirinya tak berdaya tersebut, berwirausaha sebagai perajin tahu tempe di desanya, Timbang Kecamatan Banyuputih,”imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dinas kesehatan Kabupaten Batang, sesuai dengan peraturan bupati batang, Perbup no: 46 tahun 2017, tentang jaminan kesehatan masyarakat dengan program KBS, hingga saat ini baru mendaftarkan peserta yang mengajukan program Bupati Batang, Wihaji, yakni Kartu Batang Sehat sebesar 1424 jiwa,”Jelasnya, Mohammad Said. 

Terkait Afandi sudah atau belum mendaftar Kartu Batang Sehat (KBS), dirinya belum bisa mengetahuinya secara pasti, karena perlu waktu untuk memverifikasi lagi data yang sudah  ada,” tukasnya.(UJ/01)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini