BATANG – Bupati Batang Wihaji mewajibkan ASN dalam satu hari menggunakan batik tulis Rifaiyah dan harus produk Batang asli. Hal tersebut sebagi wujud dukungan Pemkab Batang untuk menggeliatkan Batik Rifaiyah sebagai ikon batik Batang. Untuk itu Pemkab akan membuat regulasi yang berpihak pada usaha batik yang ada di Batang.”Untuk mengangkat batik kita akan boomingkan di tingkat daerah, yang mewajibkan ASN untuk menggunakan pakaian batik khas Rifaiyah,” Tegas Wihaji, di Galeri dan Workshop Batik Rifaiyah Desa Kalipucang Wetan Batang, Selasa ( 22/05/2018).
Untuk mendukung visit to Batang 2022 sebagai heaven of Asia lanjutanya, Pemkab akan memperhatikan dan mendukung usaha – usaha ekonomi kreatif karena wisata tidak lepas dari usaha ekonomi kreatif. dan salah satu kekuatan juga ada pada batik Rifaiyah.”Kita akan hidupkan kampung – kampung ekonomi kreatif, salah satunya kampung batik Rifaiyah, oleh karena itu Pemkab akan hadir mempersiapkan segala sesuatunya dari pembatiknya sampai bahan baku dan pernak pernik yang mendukungnya,” Kata Wihaji.
Karena keterbatasan bahan baku terutama kain, maka untuk mendukung ketersediaan kainnya Wihaji akan berkomunikasi dengan Pabrik Tekstil yang ada di Batang dalam rangka bina lingkungan meminta stok bahan kain.”Karena kita memiliki Pabrik Tekstil dan untuk bina lingkungan maka kami minta ada pendistribusian langsung bahan kain untuk Kelompok Usaha Bersama ( KUB) batik yang ada di Batang,”pinta Wihaji kepada Pabrik Tekstil yang ada di Batang.
Ditambahkan, Batik Rifaiyah memang punya karakter dan memiliki khas, karena proses pembuatannya dengan menggunakan hati, sehingga wajar kalau harganyapun mahal. Ketua Kelompok Tunas Harapan Batik Rifaiyah Miftakhutin mengatakan, Batik Rifaiyah merupakan warisan dari nenek moyang dari keturunan Syech KH. Ahmad Rifai dari Desa Kali Pucang Wetan Kecamatan Batang, yang menurut sejarah proses pembuatan batik sebagai media untuk syiar agama Islam pada zaman dahulu.
Proses Ritual
Dijelaskan, dalam proses pembuatannya ada ritual yang biasa di jalankan sebelum membatik dengan sholat Dhuha terlebih dahulu, membatiknya seringkali diiringi kidung syair berbahasa Jawa dan Arab yang berisi nasehat kepada manusia dan lingkungan alam semesta,”Kata Miftakhutin.
Ia juga mengatakan bahwa batik Rifaiyah tidak di klaim komunitas Rifaiyah, akan tetapi sudah terjadi akulturasi batik dari daerah lain seperti Lasem yang berdominan warna merah, Solo dominan warna coklat dan Rifaiyah sendiri dominan warna biru indigo.”Dari pencampuran tadi memunculkan jenis batik baru yang di beri nama batik tiga negeri khas Rifaiyah dan sudah di kembangkan turun penurun, ” ungkap Miftakhutin yang merupakan pembatik setempat sebagai generasi ke lima.
Dijelaskan juga ada ciri khas batik tiga negeri rifaiyah yang melarang penggambaran motif hewan secara utuh pada lembaran kain, karena mereka menyakini itu berdosa, adapun proses pembuatannya yang kasar waktunya mencapai 3 minggu selesai, sedang mencapai 2 bulan dan yang halus mencapai 6 bulan untuk satu helai kain.
” Untuk harga batik Rifaiyah Tiga Negeri termurah Rp.350 ribu untuk batik kasar, untuk batik sedang mencapai Rp.4 juta, batik halus dijual Rp 6,5 juta, dengan pemasaran seluruh indonesia singapur malaysia india dan Korea, Jepang, Yunani, Amerika, Swedia,”jelas Miftakhutin. (UJ/01)