KENDAL – Seni lukis payung kertas dengan lukisan beraneka warna pernah menjadi ciri khas Desa Kutoharjo Kaliwungu Kendal yang sempat pudar di kalangan masyarakat Kutoharjo kembali dihidupkan. Untuk membangkitkan kembali ciri khas asli Kaliwungu ini, puluhan anak muda melukis payung dengan gambar beraneka warna. Meski tidak lagi pakem dengan gambar bunga dan burung, namun lukisan diatas payung kertas ini menjadikan nilai seni payung semakin tinggi.
Media yang menjadi goresan kuas anak-anak muda Kampung Mranggen Desa Kutoharjo Kaliwungu Kendal ini adalah payung kertas yang sempat menjadi ciri khas daerah tersebut. Payung kertas dengan lukisan beraneka warga kembali dikenalkan kepada generasi muda sebagai upaya pelestarian seni dan budaya asli Kaliwungu dalam lomba melukis payung kertas, Minggu (25/3/2018) siang.
Berbeda dengan lukisan pada payung kertas jaman dahulu, anak-anak muda ini bebas berkreasi melukis diatas payung sesuai dengan keinginannya. Tidak ada batasan bagi mereka untuk menggambar dan melukis bisa motif bunga, burung hingga lukisan abstrak.
Dengan menggunakan cat minyak melukis diatas payung kertas membutuhkan ketrampilan dan kesabaran serta ketelitian. Media yang terbuat dari kertas dan tidak datar ini menyulitkan bagi anak muda ini menggoreskan cat minyak yang tidak cepat kering.
Butuh kesabaran dan keuletan saat menuangkan warga keatas payung kertas agar tidak tumpah. Sepeseniman Kaliwungu Asep Leo mengatakan, keindahan seni lukis payung kertas ada pada perpaduan warnanya. “Pakem gambar atau motif pada payung kertas adalah goresan dua atau tiga warna dalam satu sentuhan,” jelas Asep.
Ia berharap ciri khas tersebut tidak hilang dan tetap ada meski saat ini motif dan gambar yang dituangkan mulai beragam. Payung-payung kertas yang sudah dilukis ini nantinya akan di pajang di sepanjang jalan kampung ragam warna Mranggen Kutoharjo Kaliwungu Kendal untuk menambah nilai seni di kampung warna ini. Nantinya payung kertas yang sudah dilukis juga akan dipamerkan di luar kendal untuk mengenalkan kembali produk kerajinan unggulan Kaliwungu yang mulai punah.
Ketua pemuda Suseno mengatakan, puluhan anak muda Kampung Mranggen ini memang sedang mencoba melestarikan kembali dan mengembangkan budaya seni lukis payung kertas yang sudah lama punah. Menurutnya, kegiatan ini bisa mengembangkan kreativitas anak muda di kampungnya untuk melestarikan peninggalan orangtuanya. “Harapannya dengan melukis payung kertas ini anak-anak muda lebih cinta lagi dengan kerajinan yang pernah menjadi unggulan Kaliwungu,” ujarnya.
Salah satu peserta lukis payung kertas, Dewanti Larasati (17) mengaku baru kali pertama melukis diatas payung kertas. Menurutnya ada kesulitan saat menggoreskan kuas dan cat minyak karena media yang tidak datar dan selalu bergerak. “Cukup susah karena harus konsentrasi lebih mengingat media lukisnya payung yang tidak datar,” katanya. (1)